Langsung ke konten utama

Resensi Luka Cita

 “untuk mereka yang terluka dalam perjalanan menggapai cita-cita”

Setiap orang memiliki cita-cita dan ingin menggapainya. Namun, untuk mendapatkan itu semua tidaklah mudah, perlu sebuah perjuangan, bahkan sebuah pengorbanan yang seringkali membuat luka. 

Buku ini menceritakan seorang yang dengan lukanya bertekad untuk meraih cita-cita. Kalau meminjam istilah komandan Patjul, buku ini menceritakan sebuah perjalanan dua orang yang sedang “Melenting”. 

Penulis memberikan pesan tersirat bahwa setiap orang memiliki keunikan dan falsafah hidupnya masing-masing. Tokoh Utara sebagai atlet catur yang unik, ia sering bermain catur tanpa bidak pion karena ia berpandangan bahwa pion hanya bisa berjalan maju, artinya dia memiliki tekad yang kuat untuk terus maju. 

Sedangkan Javie, ia sangat menyukai anak singa atau lion king yang berpandangan bahwa singa mampu. 

Kedua tokoh dalam buku ini merupakan keturunan orang yang kaya, tetapi tidak membuat keduanya sewenang-wenang dengan bebas menggunakan kekayaannya bahkan keduanya bekerja di sebuah kantor biasa. 

Saya tidak menyangka, jika kedua tokoh utama di sini memiliki keterbatasan yang berbeda dengan orang pada umumnya, namun keterbatasan ini lah yang membuat keduanya semangat. Keterbatasan tersebut akan anda temukan di dalam buku ini. 

Banyak hal yang aku dapatkan dari buku ini, diantaranya : 

Di kehidupan, terkadang orang yang pantas atau bersemangat untuk sekolah, tidak memiliki kesempatan. Sedangkan orang yang memiliki privilege, sering tidak bisa bersyukur dan bersungguh-sungguh  atas kesempatan yang dimilikinya padahal itu adalah hal yang dibutuhkan oleh orang lain. 

Lakukan sesuatu dengan hati, kemenangan dalam pertandingan adalah bonus, prestasi adalah bonus, dan menikahimu adalah bonus (tambahan peribadi). Jika kita melakukan hal hanya terpaku pada kemenangan, pencapaian bahkan pujian, dikhawatirkan akan mendorong kita untuk menghalalkan segala cara. 

Ramai, tapi kesepian. Aku kira, aku memiliki semuanya ternyata kesendirianku bilang, semua akan pergi dan cima meninggalkanku. Kita harus siap bahwa suatu saat, di dunia ini hanya kita seorang diri atau kita yang meninggalkan semuanya, jadi bersiaplah jika suatu saat kita menyendiri. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semenjak Pesatnya Perkembangan Teknologi, Bocah-Bocah Ingusan Itu Tidak Merasakan Nuansa Bulan Puasa

Pernah nggak sih kalian jengkel melihat bocah-bocah ingusan yang selalu pegang gadget? entah itu bermain game online atau menonton video, mereka sangat anteng terlebih ketika menonton video tik tok yang menjadi langganan masyarakat Indonesia. Mengutip data dari Business of Apps, menyatakan bahwa, pada tahun 2021 pengguna tik tok dari kalangan usia 10-19 tahun mencapai 28%, artinya banyak sekali bocah yang di bawah delapan belas tahun sudah mengkonsumsi tik tok.      Semenjak maraknya aplikasi tik-tok, bocah-bocah ingusan itu bisa tidak merasakan jika puasa lama, terasa dan segala kesibukan di dalamnya, yang niatnya cuman scrolling sebentar eh ternyata sampai berjam-jam setelah itu ketiduran pula, pas bangun tiba tiba adzan magrib berkumandang, enakan puasanya bocah-bocah ingusan itu.     Kondisi seperti ini sangat berbanding terbalik dengan zaman bocah-bocah dekil, saat sekolah mereka harus mengikuti pesantren kilat yang jadwalnya padat bahka...

Tanpa Peran Generasi Muda, Transformasi Teknologi dalam Pendidikan Hanyalah Angan-angan

Di hari pertama bulan maret 2024, saya mengikuti salah satu program Indonesia Mengajar yakni Kelas Inspirasi yang tersebar di berbagai daerah, salah satunya Yogyakarta. Sesuai dengan namanya, kegiatan yang diadakan bertujuan untuk menginspirasi murid-murid sekolah dasar. Mereka yang menginspirasi adalah para relawan pengajar dari berbagai daerah dan berlatang belakang pekerjaan berbeda, para relawan datang ke sekolah untuk menceritakan pekerjaannya dan menginspirasi supaya murid semangat dalam belajar.  Kegiatan tersebut dilakukan selama satu hari penuh, sehingga para guru tidak mengajar dan waktu kegiatan belajar mengajar digunakan oleh Kakak Relawan Pengajar. Mereka saling bergantian memasuki kelas-kelas, setiap relawan pengajar mendapatkan bagian dua hingga tiga kelas dengan waktu masing-masing kelas tiga puluh menit.  Berbagai cara dilakukan oleh relawan agar kegiatan belajar menjadi seru dan menarik, seperti halnya yang dilakukan oleh salah satu relawan, ia mengajarkan ca...

Resensi Buku Smokol : Kumpulan Cerpen Pilihan Harian Kompas 2019

Setiap hari minggu Koran Harian Kompas memuat cerita pendek. Pada setiap tahunnya, mereka memilih beberapa cerita pendek terbaik untuk dikumpulkan kemudian dijadikan buku. Pada tahun 2009 mereka memilih 15 cerpen terbaik dari 51 cerpen, rocky gerung dan Linda Christanty merupakan dua sosok pemilih 15 cerpen tersebut.  “Smokol” merupakan salah satu cerita pendek karya nukila amal yang terpilih kemudian diangkat menjadi judul buku cerpen pilihan kompas tahun 2009. "Smokol, cerpen yang saya unggulkan itu, bertumpu pada sebuah metafisika politik. Ya itu, kondisi normatif manusia yang menghendaki pemenuhan imajiner terhadap "hasrat" (desire)”. tulis Bung Rocky dalam prolognya. Pengajar Filsafat UI tersebut juga menuliskan “ Normativitas itu bukan kualitas yang ditambahkan oleh pengalaman sosial ke dalam imajinasi manusia, melainkan justru merupakan sumber primer dari relasi sosial. Artinya politik hasrat lah yang mengarahkan kegiatan sosial manusia dan sekaligus memberi makna...