Langsung ke konten utama

Tanpa Peran Generasi Muda, Transformasi Teknologi dalam Pendidikan Hanyalah Angan-angan

Di hari pertama bulan maret 2024, saya mengikuti salah satu program Indonesia Mengajar yakni Kelas Inspirasi yang tersebar di berbagai daerah, salah satunya Yogyakarta. Sesuai dengan namanya, kegiatan yang diadakan bertujuan untuk menginspirasi murid-murid sekolah dasar. Mereka yang menginspirasi adalah para relawan pengajar dari berbagai daerah dan berlatang belakang pekerjaan berbeda, para relawan datang ke sekolah untuk menceritakan pekerjaannya dan menginspirasi supaya murid semangat dalam belajar. 

Kegiatan tersebut dilakukan selama satu hari penuh, sehingga para guru tidak mengajar dan waktu kegiatan belajar mengajar digunakan oleh Kakak Relawan Pengajar. Mereka saling bergantian memasuki kelas-kelas, setiap relawan pengajar mendapatkan bagian dua hingga tiga kelas dengan waktu masing-masing kelas tiga puluh menit. 

Berbagai cara dilakukan oleh relawan agar kegiatan belajar menjadi seru dan menarik, seperti halnya yang dilakukan oleh salah satu relawan, ia mengajarkan cara menghadapi gempa kemudian dipraktekkan, para siswa pun antusias mengikuti arahan, mereka membawa tas mereka kemudian diletakan di atas kepala dan berlari ke tengah lapangan. Ketika ke luar kelas, adik-adik tidak langsung berkumpul di lapangan melainkan berkeliling ke tiap tiap kelas dan berteriak “gempa, gempa, gempa” sembari berlari-lari seolah-olah terjadi gempa sungguhan. 

Sebagai fasilitator yang bertugas menjadi penghubung antara pihak sekolah dengan relawan mengajar, maka saat relawan pengajar mengajar, saya hanya berkeliling dan sedikit membantu kakak relawan pengajar yang sedang mengajar di kelas satu atau dua, karena dua kelas tersebut krusial dan membutuhkan tenaga ekstra.

Salah satu tugas saya lainnya yakni survey sekolah, saya mendapat bagian untuk survey di salah satu sekolah di Kabupaten Gunungkidul. Di sana saya disambut hangat oleh Ibu Kepala Sekolah, beliau banyak sekali cerita mengenai sekolah yang beliau pimpin, salah satunya ialah mengenai transformasi teknologi dalam dunia pendidikan. 

Beliau mengeluhkan kebijakan pemerintah mengenai keharusan menggunakan teknologi tetapi pemerintah tidak memfasilitasi sebagaimana mestinya, tak hanya itu beberapa masalah transformasi teknologi dalam dunia pendidikan pun dirasakan seperti, 

Kesusahan Ketika Ujian Nasional

Ibu Kepala Sekolah menceritakan jika tahun lalu sekolahnya mengadakan ujian nasional berbasis online, namun di sekolah tersebut tidak ada fasilitas yang mendukung seperti laptop atau komputer yang mencukupi sehingga dengan terpaksa harus ujian di Smp terdekat dan sistemnya bergantian dengan sekolah dasar lain. Tentu ini menjadi hal yang sedikit rancu pasalnya pemerintah memberikan kewajiban terhadap sekolah namun tidak memberikan hak.

Dilema Guru-guru Sepuh dan Teknologi 

Beberapa guru mengeluhkan sistem administrasi menggunakan teknologi pada kurikulum merdeka, karena banyaknya tugas mereka pulangnya sore, meskipun tidak ada tugas pun mereka harus pulang sore. Selain itu mereka juga diharuskan untuk menggunakan teknologi, bagi guru-guru muda tentu ini mempermudah namun bagi guru-guru yang sudah sepuh tentu ini merepotkan, mereka harus belajar dari awal untuk menjalankan tugasnya. Untuk menyelesaikan hal tersebut, salah satu jalan yang sangat pintas bagi mereka yakni meminta tolong kepada guru muda untuk menggantikan tugas administrasinya, maka kedua golongan tersebut pun sama-sama kesusahan.

Menghadapi Ujaran Ketidaksukaan di Dunia Maya

Kebiasaan ibu-ibu muda saat ini adalah memposting segala hal yang menurutnya menarik, termasuk keluh kesah yang sedang dialaminya. Ibu Kepala sekolah pernah bercerita bahwa ada salah satu wali siswa yang memposting keluh kesahnya terhadap guru anaknya, dengan menggunakan Bahasa yang halus ataupun sindiran. Tentu hal ini tidak dilakukan sekali dua kali namun berkali-kali, mengetahui hal tersebut beliau menyampaikan bahwa jangan dimasukan ke hati tetapi biarkan saja kecuali sudah kelewatan. 

Salah satu tenaga pendidik bercerita, saat pemberian bantuan dari pusat, hanya beberapa siswa yang mendapat bantuan, tentu ini bukan siswa-siswa pilihan melainkan bergantian dengan tujuan semua siswa mendapatkan bantuan dengan cara bertahap. Namun ada saja orang tua yang mengatakan bahwa yang mendapat bantuan adalah siswa pilihan sekolah, yakni orang tua siswa yang dekat dengan guru atau pihak sekolah yang mendapatkan. Hal seperti ini yang perlu diterima dengan lapang dada dan dijelaskan secara perlahan. 

Di akhir acara, salah satu rekan saya menerbangkan drone untuk dokumentasi kegiatan. Merasa penasaran dengan benda terbang tersebut, para siswa mendekati teman saya dan bertanya-tanya, bahkan meminta remote agar mereka dapat memainkan. Tentu hal ini menjadi daya tarik sendiri bagi mereka, pasalnya mereka baru pertama kali melihat drone, mereka beranggapan jika drone mirip dengan helikopter. . 

Siswa di daerah kota mereka sudah mengenal bahkan pandai akan penggunaan teknologi, namun ternyata di beberapa daerah, salah satu teknologi yang bernama drone adalah hal menarik yang unik, sehingga mereka sangat tertarik akan hal itu. 

Tak hanya perihal drone, salah satu hal yang membuat mereka penasaran ialah tentang cyber, yang mereka tahu ialah hacker, kebetulan salah satu relawan ada yang bekerja di bidang security cyber, yaitu bagian keamanan dalam bidang IT. Ketika ia mengajar, banyak siswa yang bertanya-tanya terutama perihal hacker dan tidak sedikit juga mereka yang bercita-cita untuk menjadi hacker.

Perlu adanya terobosan untuk mengenalkan dan mengaplikasikan teknologi generasi muda, salah satunya ialah melibatkan anak muda dalam dunia pendidikan. Kampus Mengajar merupakan program yang tepat, para mahasiswa yang masih muda serta paham akan teknologi bisa membantu guru dalam menjalankan kurikulum sesuai dengan arahan kemendikbud, mengajarkan kepada guru sepuh, dan membuat inovasi pendidikan yang sesuai dengan zaman. 

Para generaso muda bisa membuat kelas menjadi lebih menarik dengan menggunakan teknologi dan menyampaikan secara khusus mengenai perkembangan teknologi, alangkah baiknya jika program ini diperluas lagi agar banyak mahasiswa yang ikut serta aktif dan sekolah yang terkena dampak positifnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semenjak Pesatnya Perkembangan Teknologi, Bocah-Bocah Ingusan Itu Tidak Merasakan Nuansa Bulan Puasa

Pernah nggak sih kalian jengkel melihat bocah-bocah ingusan yang selalu pegang gadget? entah itu bermain game online atau menonton video, mereka sangat anteng terlebih ketika menonton video tik tok yang menjadi langganan masyarakat Indonesia. Mengutip data dari Business of Apps, menyatakan bahwa, pada tahun 2021 pengguna tik tok dari kalangan usia 10-19 tahun mencapai 28%, artinya banyak sekali bocah yang di bawah delapan belas tahun sudah mengkonsumsi tik tok.      Semenjak maraknya aplikasi tik-tok, bocah-bocah ingusan itu bisa tidak merasakan jika puasa lama, terasa dan segala kesibukan di dalamnya, yang niatnya cuman scrolling sebentar eh ternyata sampai berjam-jam setelah itu ketiduran pula, pas bangun tiba tiba adzan magrib berkumandang, enakan puasanya bocah-bocah ingusan itu.     Kondisi seperti ini sangat berbanding terbalik dengan zaman bocah-bocah dekil, saat sekolah mereka harus mengikuti pesantren kilat yang jadwalnya padat bahka...

Resensi Buku Smokol : Kumpulan Cerpen Pilihan Harian Kompas 2019

Setiap hari minggu Koran Harian Kompas memuat cerita pendek. Pada setiap tahunnya, mereka memilih beberapa cerita pendek terbaik untuk dikumpulkan kemudian dijadikan buku. Pada tahun 2009 mereka memilih 15 cerpen terbaik dari 51 cerpen, rocky gerung dan Linda Christanty merupakan dua sosok pemilih 15 cerpen tersebut.  “Smokol” merupakan salah satu cerita pendek karya nukila amal yang terpilih kemudian diangkat menjadi judul buku cerpen pilihan kompas tahun 2009. "Smokol, cerpen yang saya unggulkan itu, bertumpu pada sebuah metafisika politik. Ya itu, kondisi normatif manusia yang menghendaki pemenuhan imajiner terhadap "hasrat" (desire)”. tulis Bung Rocky dalam prolognya. Pengajar Filsafat UI tersebut juga menuliskan “ Normativitas itu bukan kualitas yang ditambahkan oleh pengalaman sosial ke dalam imajinasi manusia, melainkan justru merupakan sumber primer dari relasi sosial. Artinya politik hasrat lah yang mengarahkan kegiatan sosial manusia dan sekaligus memberi makna...