Langsung ke konten utama

Nasib Guru Sepuh dalam Perkembangan Teknologi Pendidikan

“Pusing ya Mas jadi guru, kerjaan banyak gaji nya sedikit, belum lagi ngurusin pekerjaan orang lain, duh tobat-tobat,” sambat saudaraku.

“Ngurusin kerjaan gimana Pakde” tanyaku.

“Ya itu lah, kan sekarang serba teknologi toh, nah beberapa guru di sekolah tuh berusia sepuh yang nggak paham teknologi, jadi kalau ada kerjaan yang melibatkan teknologi yang ngurusin yang masih mudah dan ngerti” jawabnya.

Begitulah kiranya salah satu sambatan dari tenaga pendidik yang masih muda, gaji sedikit tapi kerjaan banyak, kalau bukan karena niat tulus pasti mereka sudah putus kerjaan dan memilih pekerjaan yang banyak menghasilkan pulus.

Sambatan itu tidak dilakukan oleh satu dua orang melainkan banyak, hanya saja sebagian dari mereka lebih memilih memendam dibanding mengungkapkan. Hal ini dibuktikan berdasarkan data kemendikbud yang mengatakan sebanyak 793.780 guru berusia 50-59 tahun atau 27,31% dari jumlah guru di Indonesia. Artinya satu dari empat guru berusia sepuh, bayangkan saja jika masing-masing dari mereka membutuhkan bantuan dari yang muda. Setidaknya ada satu guru yang memiliki skill mumpuni dalam bidang teknologi agar mampu membantu guru sepuh mengurusi administrasi yang membutuhkan teknologi.  

Kalangan lima puluh tahun ke atas sudah tidak layak lagi apabila diberikan tugas yang banyak mengingat usia mereka yang kian bertambah, kian berkurang juga kemampuanya seperti menerima informasi, daya ingat menurun, penglihatan kurang jelas dan masih banyak penurunan lainya disertai kondisi psikologis yang menurun pula.

Saat mereka menempuh pendidikan menjadi guru, perkembangan teknologi belum terlalu pesat seperti saat ini, sehingga mereka tidak mendalami ilmu teknologi. Berbeda dengan saat ini, perkembangan teknologi yang begitu cepat menuntut guru harus bisa lebih cepat dalam menguasai teknologi, agak rancu kiranya jika siswa lebih pandai teknologi daripada gurunya.

 

Mau tidak mau semua guru harus bisa menyesuaikan dengan kondisi waktu. Sebagaimana yang disampaikan ki hajar bahwa pendidikan harus bisa menyesuaikan dengan perubahan waktu, maka sebagai tenaga pendidik juga sepatutnya menyesuaikan dengan perubahan zaman.


Perbedaan zaman kelahiran atau usia sangat mempengaruhi pola pikir. Orang yang lahir di tahun 70 an akan mengalami pemikiran yang amat yakin bahwa hanya dengan pendidikanlah seseorang bisa sukses, namun orang yang lahir di akhir abad 20 dan awal abad 21 berpikiran bahwa pendidikan itu tidak terlalu penting asalkan kita mampu untuk beradaptasi dengan perubahan dan banyak juga Latihan pengembangan skill yang gratis.


Jika dengan yang berbeda dua puluh tahun saja berbeda lalu bagaimana jika perbedaan itu hampir setengah abad, pasti amat signifikan. Gaya belajar atau metode yang digunakan oleh guru sepuh terkadang berbeda dengan zaman saat ini, dikhawatirkan para siswa tidak tertarik untuk belajar karena gaya belajarnya tidak sesuai.

 

Banyaknya masalah yang dihadapi oleh guru sepuh membuat kita semua harus mencari solusi, berikut beberapa solusi yang bisa dipertimbangkan :

 

Memberikan asisten khusus. Apabila merujuk pada data Kemendikbud, anggaran dana yang dibutuhkan tidak mencukupkan apabila satu guru sepuh di damping satu pendamping karena itu akan menghabiskan dana yang cukup besar. Namun bisa diminimalisir dengan satu sekolah satu pendamping supaya meminimalisir pengeluaran dana. Tentu pendamping ini bukan operator sekolah, operator sekolah focus mengurus data sekolah sedangkan asisten  ditugaskan untuk menyelesaikan administrasi guru sepuh.

 

Mengadakan pelatihan secara intens. Untuk memberikan penggunaan teknologi perlu diterapkan apabila guru sepuh masih ingin dipertimbangkan. Setidaknya dengan pelatihan mereka mampu untuk melakukan tugas yang sederhana. Pelatihan ini harus dilakukan seintens mungkin dan sesering mungkin mengingat perubahan sistem yang sering berubah sesuai dengan kondisi di lapangan.

 

Mempensiunkan merupakan upaya yang bisa dikatakan tepat. Guru-guru yang sepuh bisa dipensiunkan lebih awal bahkan sebelum umurnya lima puluh tahun, jika sudah tidak dapat menyesuaikan perkembangan. Khawatirnya mereka juga keteteran sehingga menjadi beban hidupannya, alangkah baiknya jika mereka istirahat. Kemudian kekosongan peran tersebut bisa digantikan dengan anak muda yang masih fresh, semangat, kuat dan lain-lain yang diharapkan bisa membawa perubahan dengan inovasi-inovasi yang dicetuskan.

Menjadi penasihat. Solusi ini layak untuk diterapkan, para sesepuh bisa menjadi seorang penasihat untuk memberikan saran dan konsultasi bagi guru-guru muda. Guru sepuh juga bisa menjadi dewan pertimbangan  atau nasihat apabila dikemudian hari dibutuhkan. Di samping itu, kebijakan ini juga bisa menghemat tenaga, biaya serta melibatkan anak muda di dunia pendidikan,

https://uny.ac.id/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semenjak Pesatnya Perkembangan Teknologi, Bocah-Bocah Ingusan Itu Tidak Merasakan Nuansa Bulan Puasa

Pernah nggak sih kalian jengkel melihat bocah-bocah ingusan yang selalu pegang gadget? entah itu bermain game online atau menonton video, mereka sangat anteng terlebih ketika menonton video tik tok yang menjadi langganan masyarakat Indonesia. Mengutip data dari Business of Apps, menyatakan bahwa, pada tahun 2021 pengguna tik tok dari kalangan usia 10-19 tahun mencapai 28%, artinya banyak sekali bocah yang di bawah delapan belas tahun sudah mengkonsumsi tik tok.      Semenjak maraknya aplikasi tik-tok, bocah-bocah ingusan itu bisa tidak merasakan jika puasa lama, terasa dan segala kesibukan di dalamnya, yang niatnya cuman scrolling sebentar eh ternyata sampai berjam-jam setelah itu ketiduran pula, pas bangun tiba tiba adzan magrib berkumandang, enakan puasanya bocah-bocah ingusan itu.     Kondisi seperti ini sangat berbanding terbalik dengan zaman bocah-bocah dekil, saat sekolah mereka harus mengikuti pesantren kilat yang jadwalnya padat bahka...

Tanpa Peran Generasi Muda, Transformasi Teknologi dalam Pendidikan Hanyalah Angan-angan

Di hari pertama bulan maret 2024, saya mengikuti salah satu program Indonesia Mengajar yakni Kelas Inspirasi yang tersebar di berbagai daerah, salah satunya Yogyakarta. Sesuai dengan namanya, kegiatan yang diadakan bertujuan untuk menginspirasi murid-murid sekolah dasar. Mereka yang menginspirasi adalah para relawan pengajar dari berbagai daerah dan berlatang belakang pekerjaan berbeda, para relawan datang ke sekolah untuk menceritakan pekerjaannya dan menginspirasi supaya murid semangat dalam belajar.  Kegiatan tersebut dilakukan selama satu hari penuh, sehingga para guru tidak mengajar dan waktu kegiatan belajar mengajar digunakan oleh Kakak Relawan Pengajar. Mereka saling bergantian memasuki kelas-kelas, setiap relawan pengajar mendapatkan bagian dua hingga tiga kelas dengan waktu masing-masing kelas tiga puluh menit.  Berbagai cara dilakukan oleh relawan agar kegiatan belajar menjadi seru dan menarik, seperti halnya yang dilakukan oleh salah satu relawan, ia mengajarkan ca...

Resensi Buku Smokol : Kumpulan Cerpen Pilihan Harian Kompas 2019

Setiap hari minggu Koran Harian Kompas memuat cerita pendek. Pada setiap tahunnya, mereka memilih beberapa cerita pendek terbaik untuk dikumpulkan kemudian dijadikan buku. Pada tahun 2009 mereka memilih 15 cerpen terbaik dari 51 cerpen, rocky gerung dan Linda Christanty merupakan dua sosok pemilih 15 cerpen tersebut.  “Smokol” merupakan salah satu cerita pendek karya nukila amal yang terpilih kemudian diangkat menjadi judul buku cerpen pilihan kompas tahun 2009. "Smokol, cerpen yang saya unggulkan itu, bertumpu pada sebuah metafisika politik. Ya itu, kondisi normatif manusia yang menghendaki pemenuhan imajiner terhadap "hasrat" (desire)”. tulis Bung Rocky dalam prolognya. Pengajar Filsafat UI tersebut juga menuliskan “ Normativitas itu bukan kualitas yang ditambahkan oleh pengalaman sosial ke dalam imajinasi manusia, melainkan justru merupakan sumber primer dari relasi sosial. Artinya politik hasrat lah yang mengarahkan kegiatan sosial manusia dan sekaligus memberi makna...