Resensi Buku "Generasi Kembali Ke Akar" Karya Dr. Muhammad Faisal
Membahas perihal pemuda itu tidak ada ujungnya, banyak hal akan dibahas mengenai pemuda seperti pendidikan, keolahragaan, masa depan, karir dan lain sebagainya. Selain itu arah atau apa yang akan dilakukan pemuda pun sulit untuk dianalisis karena saking kreatifnya dan beragamnya.
Selagi masih muda masih memiliki waktu untuk berjuang untuk menjadi pribadi yang lebih baik, ada pentingnya untuk mengetahui peranan dan perjalanan pemuda dari sebelum merdeka hingga saat ini. Pemuda bukan orang biasa saja yang terpaku pada usia, pemuda merupakan kelompok yang bergerak secara aktif untuk kemaslahatan bangsa, begitulah tutur penulis buku ini.
Pemuda yang diharapkan semoga kelak bisa membawa perubahan lebih baik, bahkan bisa mengguncangkan dunia, seperti apa yang pernah disampaikan oleh sang proklamator negeri ini "beri aku sepuluh pemuda akan kuguncangkan dunia”. Sebuah optimisme dan harapan yang tinggi dari beliau kepada pemuda negeri ini. Tak hanya beliau saja, seluruh rakyat Indonesia pun berharap penuh kepada pemuda.
Pemuda berbeda dengan anak muda, Pemuda diartikan sebagai golongan anak muda yang melakukan pergerakan untuk mewujudkan sebuah perubahan menjadi lebih baik sedangkan anak muda ialah label untuk seseorang yang sudah berumur sekian atau bisa dikatakan label biologis, jadi pemuda ialah siapa saja yang mempunyai nilai-nilai tersebut dan tak memandang usia atau seseorang yang memiliki tekad baik dengan semangat empat lima untuk kemaslahatan bersama, maka bisa dikatakan sebagai pemuda.
Jika kita mengingat masa lalu, tepatnya di tahun 1945. Pada saat itu peran pemuda sangat berpengaruh terhadap kemerdekaan negara ini. Golongan muda lah yang mendesak Soekarno untuk bergegas memproklamirkan kemerdekaan, bahkan Bung Karno pun merupakan pemuda yang bertekad memerdekakan Indonesia. Benar apabila ada seorang sastrawan terkemuka bernama Pramoedya Ananta mengatakan “Sejarah Indonesia itu sejarahnya anak muda,” itu semua tak lain karena negeri ini lahir dan tumbuh berkat perjuangan pemuda.
Pada halaman 133 buku ini, dijelaskan ketika zaman 1944 hingga 1946, Pemuda merupakan sosok yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, karena pada saat itu pemuda membawa sebuah semangat yang baru dan cita-cita mulia bagi bangsa, sehingga masyarakat menaruh harapan penuh kepada mereka supaya bisa mewujudkan keinginannya. Masyarakat percaya jika para pemuda akan memberikan kontribusi yang sangat baik bagi negeri ini, sehingga mereka mendukung penuh atas hal yang dilakukan oleh pemuda selagi itu sesuatu yang baik.
Saya takjub kepada pemuda zaman dahulu, “Kok bisa ya mereka sekolah di negeri luar negri dan bergaya hidup barat, tetapi sangat mencintai Indonesia?” pikir saya. Mereka mencintai dengan cara tidak menghilangkan akar identitas tanah kelahiran mereka, ini jauh berbeda dengan kondisi pemuda saat ini. Para pemuda yang sudah dibiayai untuk menempuh pendidikan di luar negeri malah menjadi pekerja di luar negeri, agaknya mereka sudah lupa negerinya sendiri atau bisa jadi jika mereka pernah mengabdi tetapi tidak dihargai? ah entahlah saya tidak peduli dengan hal itu semua, yang terpenting kita harus bisa meneladani karakter pemuda zaman dahulu seperti Soekarno, Tan malaka, Ki Hadjar dan lain-lain, yang memiliki pemikiran barat tetapi hatinya untuk Indonesia.
Dibalik kepesimisan saya terhadap pemuda. Di buku ini saya mendapatkan angin segar dari Sang Penulis yang memaparkan bahwa seorang pemuda sudah kembali ke akarnya, seperti sudah mulai berbicara mengenai idealisme, membaca buku, berkomunitas, menghidupkan budaya, menghayati agama, mengisi ruang publik, juga membangun narasi kebangsaan. Hal inilah yang kita harapkan dan kita nantikan, dengan demikian mewujudkan Indonesia emas di 2045 ialah hal yang mudah apabila semua pemuda melakukan sedikitnya satu poin di atas.
Bung Hatta berkata “Pemuda Indonesia adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Bangsa Indonesia, yang menderita dan berharap, ia adalah juru bicara perasaan rakyat, ia adalah jiwanya yang menggelora, yang memberi warna kepada masa datang”. Indonesia dan Pemuda adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, pemuda adalah napas negeri ini, maka jika pemuda sudah tidak bisa diharapkan maka umur negeri ini tinggal sebentar lagi.
Sejarah telah merekam kekuatan generasi muda Indonesia sejak 1928, 1945, 1966, 1978 dan 1998. tahun tersebut terjadi sebuah peristiwa yang tidak bisa dilupakan, dimulai dari sumpah pemuda berakhir pada saat reformasi, saya harap reformasi bukan akhir dari sebuah perjuangan pemuda melainkan langkah awal bagi kita untuk membangun negeri menjadi lebih baik. Kita seharusnya insecure dengan para pendahulu kita yang bisa menyampaikan aspirasi dan menegakan keadilan di negeri ini.
Rhoma Irama pernah berkata, "Hayo generasi muda putra-putri bangsa. Singkirkanlah selimutmu bangun dan bangkitlah, bersihkanlah pakaianmu, pandanglah ke muka, engkaulah harapan". Begitulah ajakan sang raja dangdut yang menyuruh generasi muda bangkit dari rebahan jangan terlalu nyaman di zona nyaman.
Komentar
Posting Komentar