“Setiap dari kita adalah Ibrahim yang memiliki Ismail, bisa jadi Ismail ialah harta kekayaan, jabatan, kehormatan tercinta dan keluarga terkasih yang setiap saat harus kita ikhlaskan diambil oleh sang pencipta” kalimat itu lah yang sering kita dengar dan baca ketika momen idul adha tahun lalu, entah siapa yang membuat kalimat yang mengandung makna yang mendalam.
Mengikhlaskan adalah pekerjaan yang sulit dilakukan, jika kita mengamati lingkungan dengan seksama banyak hal yang bisa kita gunakan untuk belajar ikhlas seperti tukang parkir yang diberi amanah oleh pemilik motor untuk menjaga dan ketika pemilik motor itu mengambil kembali sang juru parkir tidak merasa menyesal apalagi marah kecuali si pemilik motor tidak membayar parkir.
Selain itu kita juga bisa belajar ikhlas dari seorang guru. Saat awal tahun pelajaran, sang guru diberi amanah oleh wali murid untuk mendidik putra-putrinya, guru pun menerima kemudian mendidik dengan sabar dan ikhlas, setelah sang guru menyelesaikan tugasnya selama kurang lebih tiga atau enam tahun, wali murid kembali mengambil kembali anaknya, dengan hati yang ikhlas sang guru pun mengembalikan murid kepada wali murid, ketika sang peserta didik diambil sang guru merasa kehilangan tetapi harus mengikhlaskan bahkan ada juga guru yang merasa senang karena tugasnya sudah selesai.
Ilmu ikhlas merupakan ilmu yang mudah dipelajari tetapi sulit untuk dilakoni, termasuk saya pribadi yang panik ketika kehilangan sesuatu. Bisa jadi orang yang memiliki ilmu ikhlas itu satu dari sekian puluh orang, apabila teman-teman mengamalkan ilmu ini sudah dipastikan bahwa teman-teman adalah orang pilihan. dan ilmu ini bisa dimiliki oleh siapapun tidak mengenal orang itu pintar atau tidak, bahkan orang yang memiliki ilmu ikhlas ini sudah dipastikan kalau dia adalah orang yang pintar.
Komentar
Posting Komentar